November 5, 2011

lebih dekat kepada Allah



Jika Allah bermaksud membuka mata hati seorang hamba, maka Dia akan membuatnya sibuk melayani-Nya dalam berbagai urusan lahiriah dan mencintai-Nya dalam berbagai urusan batiniah. Mengimani Allah berarti mencintai-Nya. Kenikmatan iman dimaksudkan untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib. Buah yang diharapkan dari iman adalah jiwa dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada makhluk.

Dan salah satu "kebiasaan" Allah adalah menyesuaikan jalan keluar sebanding dengan kesulitan: seberat kefakiran, sebesar itu pula kekayaan; seukuran kehinaan, seukuran itu pula keagungan; seukuran kesulitan, seukuran itu pula kemudahan. Islam menganjurkan manusia untuk kembali kepada Allah dalam segala hal, bergantung kepada-Nya dalam setiap keadaan, lebur dalam Allah dari segala hal, beroleh petunjuk Allah dalam segala hal, dan berilmu luas.

Sungguh, ketika Allah ingin menyampaikan sang hamba kepada-Nya, Dia "menghadapi" hamba-Nya pertama kali dengan cahaya manisnya amalan lahiriah, yakni maqam Islam. Sesudah ia beroleh petunjuk untuk beramal, bersungguh-sungguh di dalamnya, dan merasakan rasa manisnya, Dia menghadapinya dengan cahaya manisnya amalan batiniah, yakni maqam iman, yang meliputi ikhlas, jujur, tenang, betah dengan Allah, dan sebagainya-ringkasnya, sang hamba "lebih dekat kepada Allah."

Dan nikmat agama paling besar yang sangat perlu disyukuri adalah nikmat Islam, iman, dan makrifat. Mensyukurinya adalah meyakini bahwa nikmat itu adalah anugerah dari Allah tanpa perantara, tanpa daya, dan tanpa kekuatan. Allah berfirman: Tetapi Allah membuatmu cinta pada keimanan dan menjadikan iman indah dalam hatimu serta menjadikanmu benci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan (QS 49:7). Kemudian Dia berfirman: Sebagai karunia dan nikmat Allah (QS 49:9).

November 3, 2011

pembukaan kepada yang ghaib



Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Apabila seorang hamba Allah SWT itu diuji oleh Allah, maka mula-mulanya dia akan cuba melepaskan dirinya dari ujian atau cubaan yang menyusahkannya itu. Jika ia tidak berjaya, ia akan meminta pertolongan dari orang lain seperti raja-raja atau orang-orang yang berkuasa, orang-orang dunia, orang-orang hartawan dan jika ia sakit ia akan pergi meminta pertolongan doctor atau bomoh. Jika ini pun tidak berjaya, maka kembalilah ia menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT dan memohon sambil merayu kepadaNya. Selagi ia boleh menolong dirinya, dia tidak akan meminta pertolongan orang lain. Selagi pertolongan orang lain didapatinya, dia tidak akan meminta pertolongan Allah SWT.

Jika dia tidak dapat pertolongan Allah, maka berterusanlah ia merayu, sembahyang, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan penuh harapan dan cemas terhadap Allah SWT. Allah SWT tidak akan menerima rayuannya sehingga dia memutuskan dirinya dengan keduniaan. Setelah putuslah dia dengan hal-hal keduniaan, maka ketentuan dan kerja Allah akan terzahir melalui orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan. Tinggallah padanya ruh sahaja.

Pada peringkat ini tidaklah nampak olehnya melainkan kerja atau perbuatan Allah SWT den tertanamlah dalam hatinya kepercayaan yang sebenar-benarnya tentang tauhid ( keEsaan Allah). Pada hakikatnya tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan kecuali Allah SWT tidak ada baik dan tidak ada jahat, tiadan rugi dan tiada untung, dan tidak ada faedah dan tiada anugerah dan tidak ada sekatan, tidak terbuka dan tidak tertutup, mati dan hidup, mulia dan hina, kaya dan papa, bahkan segala-galanya adalah dalam ‘tangan’ Allah.

Hamba Allah itupun seperti bayi dipangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang mendiamkan diri atau seperti bola dikaki pemain bola, melambung, bergolek ke atas, ke tepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukan. Dan tidak ada pada dirinya upaya dan daya. Maka lenyaplah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam lakuan Allah SWT semata-mata.

Si hamba Allah yang begini tidak nampak yang lain kecuali Allah dan perbuatan-perbuatanNya. Tidak ada yang didengar dan diketahuinya kecuali Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka dilihatnya perbuatan atau kerja Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka didengarnya perkataan-perkataan Allah dan jika ia mengetahui sesuatu, maka diketahuinya melalui pengetahuan Allah. Ia akan dianugerahi dengan anugerah Allah. Beruntunglah dia, kerana hampirnya dengan Allah. Beliau akan diperhias dan dimuliakan.

Redhalah dia dengan Allah. Bertambah hampirlah dia dengan Tuhannya. Bertambahlah cintanya dengan Allah.Bertambalah seronoknya dalam mengenang Allah. Terdirilah ia ‘di dalam Allah’. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan pakaian cahaya ilmu Allah dan terbukalah kepadanya hijab yang melindunginya dari rahsia-rahsia Allah Yang Maha Agung. Beliau mendengar dan mengingat hanya dari Allah Yang Maha Tinggi. Sentiasalah dia bersyukur dan sembahyang ke hadrat Allah SWT.




(Pembukaan kepada yang ghaib -Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani)

June 9, 2011

derita dunia

Abul Laits berkata;

'siapa yang yakin akan mati
maka seharusnya bersiap sedia menghadapinya
dengan melakukan 3amal yang soleh (baik) dan meninggalkan 3amal kejahatan (dosa),
sebab ia tidak mengetahui bilakah datangnya mati itu kepadanya ,
sedang Nabi s.a.w. telah menerangkan pada umatnya
supaya mereka benar-benar bersiap-siap untuk menghadapinya
dan supaya mereka sanggup bersabar dan tabah menghadapi penderitaan dunia
sebab penderitaan dunia itu termasuk seksa dunia
sedang seksa dunia ini jauh lebih ringan dibanding dengan seksa akhirat

sedang maut termasuk dari seksa akhirat.'


June 3, 2011

4 perkara tuk keselamatan 3amal


Seorang hakim berkata:

untuk keselamatan suatu 3amal berhajat pada empat macam:

Ilmu pengetahuan, sebab amal tanpa ilmu, lebih banyak salahnya daripada benarnya (tepatnya).

Niat, sebab tiap amal bergantung kepada niatnya. Sebagaimana sabda Nabi s.a.w. : 'sesungguhnya semua amal tergantung pada niat, dan yang dianggap bagi tiap orang apa yang niatkan. '

Sabar, supaya dapat melaksanakan amal itu dengan baik dan sempurna, thuma`ninah dan tidak keburu.

Tulus ikhlas, sebab 3amal tidak akan diterima tanpa ikhlas.



(petikan dari terjemahan kitab 'Tanbihul-Ghofilin' imam Abu al-Laits as-Samarqandy)